Hi, my fellow readers! How’s your weekend? Semoga bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin, yaaa 😀 😀 . Nah, kali ini saya pengin banget bahas soal cara membedah sunscreen yang bagus.
Sebetulnya sih, ya, sudah jadi pengetahuan umum bahwa sunscreen atau sunblock sebetulnya perlu banget dipakai setiap hari. Hanya saja, kebanyakan dari kita cenderung malas, dan menganggap memakai sunscreen buang waktu. Ya, nggak, sih? Saya dulunya begini, males banget pakai sunscreen. Sehari-hari, saya menghabiskan waktu di dalam ruangan, jadi saya pikir, “Ngapain juga pakai, ya?”
Tapi setelah menemukan 8 fakta ini, saya jadi yakin bahwa sunscreen itu perlu kita pakai sehari-hari. Mungkin ada juga fakta yang belum kamu tahu!
Seperti biasa, terdapat daftar isi yang saya buat di sini. Sila klik link yang ingin dibaca jika tidak ingin membaca semua artikel.
- Apa Itu SPF?
- SPF Tinggi ≠ Proteksi Lebih Lama
- Mengenal UVA, UVB, UVC
- Hubungan Sinar UV dengan Vitamin D
- Apa Itu Chemical dan Physical Sunscreen?
- Cara Memilih Sunscreen yang Bagus
- Cara Mengaplikasikan Sunscreen
- Sunscreen yang Bagus + Makeup dengan SPF = Proteksi Lebih Baik?
Apa Itu SPF?
Salah satu pencegahan penuaan dini atau antiaging adalah dengan rutin memakai sunscreen. Yup, cukup simpel!
Nah, kalau ngomongin sunscreen, biasanya akan nyambung dengan SPF. Apa itu SPF? SPF adalah singkatan dari Sun Protection Factor. SPF adalah label yang diberikan sebagai ukuran dari sunburn yang dihasilkan ketika sinar UV yang berasal dari sinar matahari tembus ke kulit. Produk-produk yang mengandung SPF saat ini sebetulnya bukan hanya sunscreen dan sunblock, lho. Foundation, BB cream, BB cushion, termasuk lip care atau lip balm juga mengandung SPF.
Omong-omong, bedanya sunscreen sama sunblock itu apa, sih?
Sebetulnya, bedanya adalah dari segi proteksi yang ditawarkan. Sunblock adalah produk yang berfungsi menangkal UVB, sementara sunscreen berfungsi untuk melindungi dari UVA. Apakah kita harus membeli keduanya lalu dicampur? Ternyata nggak! Karena banyak produk terkini biasanya memiliki sifat yang melindungi kita dari UVA dan UVB sekaligus. Ini karena formulasi sunblock dan sunscreen digabung menjadi satu.
SPF Tinggi ≠ Proteksi Lebih Lama
Nyatanya, ini adalah konsep salah yang diadopsi oleh kita selama bertahun-tahun. Jika kita memakai produk mengandung SPF tinggi, ini tidak menjamin terhadap berapa lama kita bisa berada di bawah sinar matahari tanpa terkena sunburn. Berdasarkan keterangan Michelle dari Lab Muffin Science, ini hanya terjadi jika diujikan di laboratorium. Semakin tinggi SPF, maka ini akan berdampak juga terhadap berapa lama kita bisa stay di bawah sinar matahari.
Namun di dunia nyata, kita tidak bisa memprediksi keberadaan sinar UV. Hal ini karena tergantung dengan cuaca, intensitas awan, dan iklim di suatu wilayah. Ada yang dinamakan dengan UV Index. UV Index merupakan prediksi dari sinar UV yang berasal dari matahari ketika menyinari bumi. Prediksi ini tidak selalu sama setiap harinya, karena semua tergantung iklim dan cuaca. Ini adalah contoh forecast dari UV Index di Bandung pada tanggal 12 Januari 2018:
via accuweather.com, diakses 12 Januari 2018, 16:00
Sementara ini kondisi hari ini:
via accuweather.com, diakses 24 Desember 2018, 07:57
Ada angka-angka tertentu yang akan bisa kita baca, contohnya angka 1 pada pukul 4 sore dan angka 0 pada pukul 6 sore. Maksudnya apa, sih?
via www.who.int
Berdasarkan dari keterangan indeks tabel yang dikeluarkan WHO, maksud dari angka-angka di atas adalah:
0-2 : Aman jika ingin pergi ke luar rumah
3-7 : Saat siang hari, sangat disarankan untuk berteduh atau melindungi diri dari sinar matahari. Bisa dengan memakai pakaian yang tertutup, tidak gelap, memakai payung atau topi, dan juga kacamata hitam
8+ : Hindari diri dari sinar matahari, karena angka 8 plus menyatakan bahwa sinar UV yang memancar sangat tinggi
Karena bisa bervariasi, maka kita tidak bisa sepenuhnya yakin bahwa hari ini dan besok, indeks UV akan sama. Ini tentu saja mematahkan pendapat bahwa jika kita memakai produk dengan SPF 50 atau 50++ menjamin bahwa kita akan aman sentosa enggak perlu aplikasi lagi.
Kamu bisa download aplikasi khusus untuk mengecek UV Index di Google Play Store atau App Store. Contoh yang direkomendasikan adalah UV Lens dan EPA’s Sunwise UV Index.
Mengenal UVA, UVB dan UVC
UV sendiri sebetulnya merupakan spektrum elektromagnetik yang memancar ke permukaan bumi. Ada 3 jenis UV, yaitu UVA, UVB, dan UVC. Kita cukup beruntung bahwa UVC terserap oleh ozon, sehingga kita tidak terkena dampak dari UVC.
UVA merupakan Ultraviolet A, sementar UVB adalah Ultraviolet B. Ultraviolet A atau UVA merupakan gelombang yang memiliki panjang 320-400 nanometer. UVB memiliki gelombang yaitu 290-320 nanometer. UVC adalah memiliki gelombang yaitu 10-290 nanometer. Di antara semuanya, tingkat energi UVC yang paling berbahaya.
UVA dan UVB mampu melakukan penetrasi hingga ke permukaan bumi. Inilah yang menyebabkan UVA dan UVB memainkan peran penting terhadap berbagai jenis hal, seperti penuaan dini, katarak, dan kanker kulit. Radiasi yang dipancarkan sinar UV bisa merusak DNA pada kulit. WHO dan U.S. Department of Health and Human Services sudah menyatakan secara resmi bahwa sinar UV adalah zat karsinogen yang bisa menyebabkan kanker nonmelanoma, basal cell carcinoma, dan squamous cell carcinoma.
Hubungan Sinar UV dan Vitamin D
Oke, bisa jadi kamu jadi parno ketika saya menyebutkan bahwa sinar UV bisa menyebabkan kanker dan juga penuaan dini. Tapi di balik hal-hal negatif yang kamu ketahui selama ini, sinar UV juga bermanfaat bagi manusia. Yup, karena pada UVB sebetulnya terdapat sumber utama vitamin yang kita butuhkan, vitamin D!
Berdasarkan artikel penelitian oleh Betty Yosephin dkk. ditemukan bahwa meski cahaya matahari Indonesia berlimpah ruah, banyak wanita Indonesia di rentang umur muda hingga manula yang mengalami defisiensi vitamin D atau kekurangan vitamin D. Padahal paparan sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang paling baik. Meski pada makanan yang kita konsumsi terdapat juga vitamin D, sangat dianjurkan untuk berjemur maksimal 30 menit di pagi hari agar mendapat asupan yang cukup.
Apa Itu Chemical dan Physical Sunscreen?
Pernah dengar dua istilah ini? Akrab dengan istilah titanium dioxide dan zinc oxide? Apa ya, hubungannya dengan chemical dan physical sunscreen?
Sesungguhnya, menurut Stephen dari Kind of Stephen, sebetulnya istilah physical dan chemical itu kurang tepat. Karena sesungguhnya titanium dioxide dan zinc oxide sebetulnya senyawa kimia juga, dan ada di tabel periodik kimia. Masih ingat kan, ya, tabel periodik zaman SMA dulu?
Karena itu akan jauh lebih baik jika menggunakan istilah organic dan incorganic. Jadi, chemical sunscreen (organic) itu adalah sunscreen yang mengandung senyawa karbon. Senyawa ini yang kemudian akan membuat reaksi kimiawi dan bekerja dengan cara mengubah sinar UV menjadi kalor, dan melepas kalor itu dari kulit. Kekurangannya, organic sunscreen tidak cocok bagi pemilik kulit sensitif, karena beberapa senyawanya bisa menimbulkan iritasi.
Sementara physical sunscreen (inorganic) mengandung bahan mineral aktif. Sunscreen yang mengandung bahan aktif bekerja dengan berada di atas kulit dengan fungsi membelokkan dan menyebarkan sinar UV itu dari kulit. Kedua bahan ini tidak mengandung karbon sama sekali. Dibanding organic, inorganic sunscreen memiliki formula yang baik untuk kulit sensitif. Kekurangannya, senyawa Zinc oxide bisa menyebabkan white cast pada wajah, sehingga mengurangi penampilan saat menggunakan makeup.
Contoh senyawa yang termasuk ke dalam organic sunscreen dan inorganic sunscreen adalah sebagai berikut:
No | Chemical (Organik) | Physical (Non Organik) |
---|---|---|
1 | PABA | Zinc Oxide |
2 | Ensulizole | Titanium Dioxide |
3 | Oxybenzone | |
4 | Homosalate | |
5 | Octocrylene | |
6 | Octinoxiate | |
7 | Octisalate | |
8 | Trolamine salicylate | |
9 | Avobenzone | |
10 | Ecamsule | |
11 | Tinosorb 5 | |
12 | Mexoryl XL | |
13 | Neo Heliopan AP | |
14 | Uvinul T 150 |
Mitos Terkait Organic dan Inorganic
M: “Cara kerja organic dan inorganic berbeda.”
F: Cara kerja organic dan inorganic sebetulnya sama saja. Faktanya, hanya 5% dari sinar UVB yang diubah yang direfleksikan oleh inorganic sunscreen (sering disebutkan bahwa menggunakan inorganic sunscreen bisa memantulkan sinar), sisanya akan diabsorpsi dan dikonversi menjadi kalor.
M: “Mencampur produk organic dan inorganic sekaligus bisa dilakukan untuk proteksi lebih baik.”
F: Masih belum ada bukti yang menyatakan bahwa mencampur dua jenis sunscreen yang mengandung senyawa organik dan inorganik bisa menghasilkan proteksi lebih baik. Bahkan, sebetulnya ada beberapa senyawa yang sebaiknya penggunaannya tidak berbarengan seperti:
- Avobenzone
- Octinoxate
- Titanium Dioxide
- Zinc Dioxide
Percampuran senyawa ini malah bisa “merusak” fungsi masing-masing senyawa dan bisa mempengaruhi photostability pada sunscreen. Photostability adalah filter UV yang terdegradasi ketika terekspos sinar matahari. Konklusi: Ini akan menghasilkan proteksi sunscreen menjadi No SPF.
Cara Memilih Sunscreen yang Bagus
Sunscreen yang bagus sebetulnya tidak seragam antara satu sama lain. Bisa jadi menurut saya bagus, enggak cocok di kamu karena beberapa hal. Misalkan seperti alergi terhadap bahan tertentu, bikin greasy, dan lain sebagainya.
Karena itu saya tidak akan mendikte bagaimana cara memilih sunscreen yang bagus. Namun kamu bisa mencoba untuk mencari tahu UV filter mana yang sudah disetujui oleh BPOM. Jadi lain kali kamu beli, kamu bisa tahu mana yang sudah sesuai dengan peraturan persyaratan bahan kosmetika.
Cara Memilih Sunscreen Bagus: 29 UV Filter yang Disetujui oleh BPOM
Selain itu kamu juga perlu memahami istilah seperti PPD dan PA.
Sebagai contoh, menurut Michelle, penduduk Australia sebaiknya memakai sunscreen yang memiliki keterangan PPD atau Persistent Pigment Darkening. PPD adalah cara mengukur suatu sunscreen terhadap proteksi dari sinar UVA. Semakin baik PPD, semakin baik pula proteksi terhadap kulit Maka yang diperlukan adalah sunscreen yang bisa menjamin board spectrum atau bisa memproteksi terhadap sinar UVA dan UVB sekaligus. Eropa juga menggunakan standar PPD, sementara Amerika Serikat berbeda lagi.
Note: Di beberapa negara, istilah PPD bisa disamakan dengan PA, UVAPF, dan logo lingkaran UVA. PA sendiri adalah Protection Grade of UVA. Produk sunscreen Asia, terutama Jepang, menggunakan standar ini. Kita biasa melihat PA+, PA++, dan PA+++ serta PA dengan plus lebih banyak lagi. PA+++ dibuat untuk proteksi tertinggi dari radiasi sinar UV dengan PPD lebih dari 8.
Saya lebih merekomendasikan jika kamu memakai sunscreen yang diproduksi di:
a) Eropa
b) Asia (Indonesia, negara ASEAN, Jepang, Korea. Khusus negara ASEAN rata-rata memiliki regulasi yang sama, kecuali jika ada update lebih lanjut di negara masing-masing. Untuk Indonesia, update terakhir adalah pada tahun 2015)
c) Australia
Membeli sunscreen atau sunblock yang diproduksi oleh produsen Amerika Serikat, menurut saya pribadi, tidak begitu disarankan. Dalam hal penelitian sunscreen, Amerika Serikat jauh tertinggal dibanding Eropa. Bahkan beberapa bahan sunscreen yang sudah disetujui di Indonesia sama sekali tidak bisa beredar di Amerika Serikat karena masih dalam tahap pengujian pada akhir tahun 2018, menurut keterangan Bloomberg.
Cara Mengaplikasikan Sunscreen
Cara mengkalkulasi sunscreen adalah dengan melihat dari jumlah proteksi yang tersedia oleh sunscreen itu sendiri. Sudah menjadi patokan umum bahkan 2mg/cm2 di kulit kita adalah jumlah minimal yang harus diaplikasikan ke kulit. Ini sudah menjadi standar US FDA dan organisasi lainnya. Jika tidak, maka fungsi SPF pada sunscreen yang bagus tidak begitu berguna.
Masalahnya, sulit untuk mengukur 2mg/cm2. Sebetulnya harus segimana sih, takaran yang bisa dimengerti untuk diaplikasikan ke kulit? Ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan saat menggunakan sunscreen:
- Untuk masing-masing bagian tubuh, ambil setengah sendok teh untuk wajah, leher, lengan, dan pergelangan tangan.
- Aplikasikan dua kali untuk proteksi yang lebih baik. Pertama aplikasikan 1 layer, lalu biarkan kering setidaknya 8-10 menit. Tunggu hingga kering, lalu aplikasikan layer kedua. Cara ini direkomendasikan oleh Kementerian Lingkungan Jepang.
- Jangan dioleskan terlalu merata seperti kita mengaplikasikan moisturizer, karena ini bisa mengurangi SPF sebanyak 25%. Ini karena SPF tersebut malah terabsorpsi ke tangan.
- Jika ingin membalur ke tubuh selain wajah, pakaian sebaiknya dikenakan 10 menit setelah aplikasi kedua.
- Reaplikasi dua jam sekali seperti anjuran WHO agak sulit. Lebih baik setidaknya aplikasikan lagi pada pertengahan hari.
- Jika berada di pantai, perlu diingat bahwa pasir ternyata bisa menghilangkan sunscreen dari kulit sebanyak lebih dari 59%.
- Bibir pun perlu diproteksi dari sinar UV. Aplikasi lipstik dan sinar UV membuat bibir jadi terpigmentasi. Cari produk lip balm yang mengandung SPF untuk hasil lebih baik.
Sunscreen yang Bagus + Makeup dengan SPF = Proteksi Lebih Baik?
Menurut Musical Houses, secara teori, jika kita mengaplikasikan sebanyak 2mg/cm2, maka 600cm2 kulit kita bisa terproteksi dengan cukup baik. Jika kita bandingkan dengan produk powder yang mengandung SPF, maka diperlukan 1.2 g powder agar bisa mendapatkan proteksi yang lebih baik. Sementara rata-rata wanita hanya menggunakan 0.0085 g saja saat mengenakan makeup.
Karena itulah, anggapan bahwa sunscreen SPF tinggi + makeup SPF tinggi ≠ perlindungan kulit yang lebih baik. Sunscreen SPF 50 dan foundation SPF 25 tidak sama dengan 100. Malah, menurut Perry mencampurkan dua jenis sunscreen (bukan makeup mengandung sunscreen) seperti SPF 50 + SPF 15, proteksi yang didapatkan hanyalah setengahnya, yaitu SPF 32.5.
Sementara itu, ada banyak sekali produk makeup dan skincare mulai dari powder, foundation, lipstik, moisturizer, dan lain sebagainya yang mengusung konsep SPF tinggi. Kontrakdiktif? Ya, tapi sekali lagi, ini adalah game-nya tim marketing.
Melakukan layering berbagai produk di atas sunscreen tidak membantu proteksi, malah mengurangi. Karena ketika kita menggunakan foundation dan lain sebagainya, maka sesungguhnya kita akan nge-swipe (misal pakai brush) hingga proteksi sunscreen yang bagus pada kulit berkurang drastis. Sementara proteksi yang ditawarkan makeup dengan SPF tinggi almost nothing kecuali dipakai tebal alias menor.
Jadi solusinya apa?
- Pakai air puff seperti yang ada di BB cushion untuk mengaplikasikan foundation dan bedak. Cukup dengan gerakan menepuk nepuk, maka bisa mengurangi dampak berkurangnya sunscreen.
- Lebih disarankan menggunakan concealer supaya saat mengaplikasikan ulang lebih mudah. Hapus dengan micellar water, lalu aplikasikan lagi sunscreen.
- Cari produk dengan SPF yang tidak tinggi; lebih disarankan memakai produk tanpa SPF. Atau cari dengan tulisan “may contain titanium dioxide, zinc oxide, dan iron oxide” karena bisa dibilang SPF-nya sangat kecil.
- Jika memakai moisturizer yang mengandung SPF, maka urutannya adalah moisturizer -> sunscreen -> makeup.
16 Comments
suka bener ama si biore, tapi bingung kan dia ada alkoholnya, ada yang bilang alkohol ga bagus buat kulit?
http://www.jennitanuwijaya.com
Januari 13, 2018 at 10:48 amSebetulnya nggak semua alkohol jelek, kok. Pasti pernah denger kalau alkohol itu bikin kulit kering, ya? Ini emang bener, tapi itu kalau kita memakai alkohol dalam jumlah banyak. Biasanya kalau untuk industri kosmetik, takaran untuk membuat produk itu mulai dari 0.1-1%, jadi sangat sedikit sebetulnya alkohol itu. Dan alkohol kan macem macem ya, misal kayak benzyl alcohol, cetearyl alcohol, cetyl alcohol. Kalau ada alergi sama jenis alkohol tertentu, sebaiknya dihindari.
Fungsinya alkohol itu buat solvent, solvent sendiri sebetulnya merubah sesuatu yang asalnya solid ke liquid, atau mencampurkan ingredients lain agar teksturnya konsisten. Setahuku Biore thin ya, gampang diaplikasiin. Ini fungsinya 😀
Dan alkohol udah dipakai dalam jangka waktu lama dalam dunia medis dan dermatologi. Aku sendiri nggak menghindari alkohol, meski memang disebutkan Muslim itu dilarang minum atau memakai sesuatu yang mengandung alkohol. Sebetulnya nggak saklek semua alkohol mesti dihindari, MUI juga ngebolehin kok. Satu-satunya yang jadi concern-ku paling ethanol, soalnya ethanol itu memabukkan 😀
Januari 13, 2018 at 9:02 pmWoowww lengkap sekali infonya sis, mantap jiwa hehehe. Saya sendiri selalu menggunakan spf 50 setiap hari.
tutysaca.com
Januari 13, 2018 at 11:44 amAku juga biasa pakai sunscreen dulu sebelum makeup, karena makeupku nggak ada yang ber SPF. Nggak tau ya, kayaknya aku kurang cocok dengan makeup ber SPF, soalnya kalau kupakai pasti mukaku jadi abu-abu 😀
Januari 13, 2018 at 4:23 pmWah, aku lagi nyari foundation yang nggak ada SPF. Susah sih yang cocok sama kulit kombinasi :’D. Mungkin jadi abu abu gara-gara pake sunscreen yang ada zinc oxide ya?
Januari 13, 2018 at 9:03 pmWah, lengkap banget infonya Nah, terjawab sudah pertanyaanku selama ini: perlukah pakai sunscreen lagi walaupun di day cream dan makeup yg dipakai sudah ada spf-nya. Soalnya, untuk sehari2 aku lebih suka pakai bb cream dan sejenisnya yg rata2 spf-nya 30an. Ternyata tetap perlu ya Thanks infonya
jurnalgita.com
Januari 13, 2018 at 10:17 pmIya bener, sering-sering pakai sunscreen deh kalau sering kena sinar matahari. Karena walaupun kulit kita termasuk golongan yang jarang kena kanker kulit, bukan berarti kita gak bisa kena.
missacrossthesea.blogspot.com
Januari 15, 2018 at 10:28 ambaru tau ini bedanya apa physical sama chemical sunscreen haha selama ini aku pake aja apa yg cocok selama ga bikin breakout, cuma emang baru sadar kenapa banyak banget whitehead kayanya sih pelakunya dari sunscreen ini. secara ga boleh ga pake sama dokter huhu
elyayaa.com
Januari 17, 2018 at 1:05 pmWah, bisa jadi :D, ada ingredients yang mungkin kurang cocok, ya di kulit
Januari 18, 2018 at 7:12 pmKak udah pernah bikin battle sunscreen/sunblock gt blm sih? Aku tuh sampe skrg mau review produk sun protection bingung gimana caranya hahaha
Januari 22, 2018 at 1:07 pmSejauh ini gak pernah bikin langsung sih, haha, maksudnya bandingin mana paling bagus ya? Paling liat dari greasy atau nggak sih, atau white cast. Soalnya kalau foto di luar bakal keliatan banget kan white cast-nya, jadi biasanya antara dua itu. Kalo enak dipakai di bawah foundation oke, sih. Aku suka sama Biore dibanding Etude House, soalnya aku kan combi, lebih suka kalau hasilnya nggak dewy
Januari 22, 2018 at 6:44 pmHi Mia ^ ^
Well written banget mengenai SPF ini. Nambah pengetahuan. Sebelumnya aku nggak tau detil. Thank you fo sharing ya
Salam kenal nonahitampahit.co
Januari 23, 2018 at 7:45 amSalam kenal juga, makasih udah mampir ya ^^
Januari 23, 2018 at 1:11 pmAh bermanfaat bgt nih posting, aku yg minim info tentang spf jadi tau lebih banyak! 😀
Januari 29, 2018 at 9:46 amBookmark dulu ah artikelnya. Menarik. Jadi tau kalau selama ini informasi soal sunscreen yang aku tau masih cemen
Desember 24, 2018 at 10:10 pmSip sama sama Mbak 🙂
Desember 28, 2018 at 10:47 am